Categories


Hilangnya Teman Terbaik Wednesday, November 02, 2011

Semua berawal di kala aku masih duduk di bangku SMA. Tempat dimana aku bertemu dengannya, teman baikku. Gedung tua yang telah diwariskan selama bertahun-tahun yang kini menjadi saksi beribu kisah yang dicoretkan oleh setiap penghuninya dari masa ke masa, di setiap pojok ruangnya. Bangku kayu yang mulai rapuh lah tempat ku tumpukan semua beratku di atasnya, ditemani oleh teman terbaik yang pernah kutemui. Di sela-sela puluhan kata yang sedang ku baca, teringat olehku kejanggalan yang terjadi pada temanku itu. Berhasil ku biarkan bibirku tuk melontarkan pertanyaan yang selama ini kusimpan tuk ditanyakan di saat yang tepat seperti saat itu. Hingga akhirnya keluar semua cerita di balik apa yang kulihat selama ini.

Di masa itu, masa dimana ia menyanding gelar yang memiliki tanggung jawab besar untuk dipegang. Akan tetapi, dengan satu langkah yang ia buat, langkah yang salah, telah mencoreng nama baik dari gelar itu. Bukan hanya gelar, melainkan dirinya sendiri.

Suatu kejadian di saat ia dekat dengan seorang lelaki dan menjalin hubungan dengan lelaki itu. Hubungan yang masih menjadi bahan pembicaraan buruk di dalam suatu organisasi. Pasti ada alasan mengapa ia melakukan hal tersebut bukan? Ya, memang benar ada alasan. Alasan yang terdengar baik. Atau lebih tepatnya memaksakan diri untuk dibilang baik.

“Aku ingin membantunya untuk hidup yang lebih baik.” Alasan yang keluar dari mulutnya saat itu.

Sekali lagi aku mendengar alasan yang terlalu sering ku dengar. Hampir muak ku dengar kalimat itu di telingaku. Berlindung di balik alasan itu untuk setiap hal yang telah ia lakukan bersama lelaki itu.

Kini, apa yang telah kutakutkan terjadi. Ia tidak mampu. Benar, ia tidak mampu. Seperti yang pernah ku bilang satu tahun yang lalu, ia takkan mampu. Bukankah aku sudah pernah mengatakan padanya, merubah seseorang bukanlah hal yang mudah. Meluruskan jalan hidup seseorang bukanlah yang mudah. Berdampingan dengan seseorang yang ingin kita rubah jalannya, bukanlah hal yang mudah. Jalan yang telah diputuskan olehnya, bukanlah jalan yang mudah. Jalan yang ia buat, adalah jalan yang membawanya pada dua persimpangan yang begitu fatal akibatnya.

Sudah sering ku katakan padanya, jika ia ragu dengan jalan yang telah ia buat, cepat beralih, atau semua akan terlambat. Sudah ku katakan, aku tidak mau kehilangan teman terbaik.

Apa yang telah kutakutkan selama ini, terjadi.

Ia kini telah masuk ke dalam hidup sang lelaki. Tujuan yang pertama kali ia buat, gagal terwujud. Dan ia kini telah memilih jalan yang salah di persimpangan jalan yang ia buat sendiri.

Kecewa? Tentu saja. Bagaimana tidak? Aku telah kehilangan teman terbaik.

Kehilangan teman terbaik.

Akan tetapi, ada pelajaran penting yang dapat diambil dari sepenggal kisah di atas. Bertemanlah, mendekatlah dengan orang yang sekiranya dapat menuntun kita pada jalan yang benar. Jikalau kita melihat seseorang dan kita merasa kasihan padanya dikarenakan jalan hidupnya, dekatilah ia. Dekatilah ia jika dan hanya jika kita merasa yakin untuk membawanya bersama kita. Karena akibat yang akan kita hadapi jika kita tidak bisa mebawa ia bersama kita, kehancuran pada diri kita sendiri.

0 comments:

Post a Comment